Oleh: Ust Abu Bakr
Diantara sekian sarana yang dapat
mempererat ukhuwah dan kasih sayang sesama muslim adalah dengan saling
mengunjungi. Pernah suatu ketika seorang pergi mengunjungi saudaranya di desa
yang lain. Di tengah jalan, nalaikat yang berwujud manusia bertanya kepadanya,
“Mau kemanakah Anda?” Ia menjawab, “Saya ingin mengunjungi saudaraku di desa
ini.” Malaikat itu bertanya lagi, “Apakah anda mempunya suatu keuntungan yang
akan diperoleh darinya?” Ia menjawab, “Tidak. Saya hanya mencintainya karena
Allah.” Malaikat itu kemudian berkata, “Saya adalah utusan Allah kepadamu, dan
Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu.” (HR.
Muslim: 2567)
Oleh karena itu ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam bertamu atau berkunjung agar berbuah rahmat dan
kasih sayang:
1 Tidak berkunjung pada waktu-waktu
istirahat. Sebagaimana yang tersebut dalam ayat isti’dzan (minta izin) yaitu,
sebelum shalat subuh, saat tidur siang dan ba’da shalat isya. (QS. An1 -Nur: 58)
2 Memberitahukan tuan rumah
terlebih dahulu dan tidak datang secara mendadak, kecuali karena urusan yang
sangat penting. Aisyah radhiyallahu’anha berkata, “Tatkala Nabi diizinkan untuk
hijrah ke Madinah, beliau mengagetkan kami, karena datang siang hari. Kemudian
Abu Bakr diberitahu akan hal itu, lalu Abu Bakr berkata, “Tidaklah Nabi
mendatangi kita di waktu seperti ini, kecuali karena ada sesuatu yang telah
terjadi.” (HR. Al-Bukhari: 2138)
3 Mengucapkan salam kepada sahibul
bait (tuan rumah) tatkala telah tiba. Jika tuan rumah tidak ada atau ia
menyuruh agar kembali, hendaknya sang tamu pulang. (QS. An-Nur: 28)
4 Tidak mengetuk pintu dengan
keras. Anas bin Malik berkata: “Sesungguhnya pintu-pintu Nabi hanya diketuk
dengan menggunakan kuku.” (HR. Al-Bukhari: 1080)
5 Disunnahkan untuk bersalaman
ketika bertamu. Qatadah berkata, “Aku bertanya kepada Anas, ‘Apakah para
sahabat Nabi bersalaman?’ Ia menjawab, “Ya.’” (HR. Al-Bukhari:6263). Namun
diharamkan untuk menyalami wanita yang bukan mahramnya (HR. Ahmad: 26466,
At-Tarmidzi: 1597)
6 Tidak duduk di tempat duduk
khusus buat sahibul bait kecuali dengan seizinnya. Rasulullah bersabda:
“Janganlah duduk di atas tempat duduk khusus tuan rumahnya, kecuali dengan
izinnya.” (HR. Muslim: 673)
7 Tidak diperbolehkan meneliti isi
rumah sahibul bait, kecuali jika diizinkan. Dari Abu Hurairah Rasulullah
bersabda: “Barangsiapa yang meneliti rumah orang lain tanpa izin, maka telah
halal untuk dicungkil matanya.” (HR. Muslim: 2158)
8 Tidak bercakap-cakap dengan
sahibul bait dalam hal yang dilarang syar’i, semisal ghibah atau berbohong
untuk membuat orang tertawa. Nabi bersabda: “Celaka bagi orang yang
menceritakan sesuatu agar membuat orang lain tertawa. Celaka baginya! Celaka
baginya!” (HR. Abu Dawud: 4990)
9 Dari Jabir bin Abdillah, ia
berkata, “Kami pernah bersama Rasulullah, kemudian terciumlah bau bangkai yang
sangat busuk. Lalu beliau berkata, “Kalian tahu bau apakah ini? Inilah bau
orang-orang yang mengghibah orang-orang yang beriman.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari)
10 Tidak mengapa bagi seseorang
untuk berbicara sambil menikmati hidangan yang disuguhkan. Ishaq bin Ibrahim
berkata, “Saya pernah makan malam bersama Abu Abdillah (Imam Ahmad) dan
kerabatnya. Kemudian kami diam, sedangkan beliau makan sambil mengucapkan,
‘Alhamdulillah wa bismillah’. Kemudian ia berkata, ‘Makan dan bertahmid lebih
baik daripada makan sambil diam.’” (Al-Adab asy-Syar’iyyah 3/163)
11 Disunnahkan untuk mendoakan tuan
rumah yang menghidangkan suguhan, sekalipun air putih. Diantara doa tersebut
adalah: “Ya Allah, berilah makan orang yang telah memberiku makan dan berilah
minum orang yang telah memberiku minum.” (HR. Muslim: 2055)
“Ya Allah, ampunilah mereka,
rahmati mereka, dan berkahilah apa yang Engkau rezekikan kepada mereka.” (HR.
Muslim: 2042)
12 Dianjurkan untuk mengucapkan doa
kafaratul majelis (penutup majelis) tatkala akan beranjak pulang. Dari Aisyah
berkata, “Bahwasanya jika Rasulullah duduk dalam suatu majelis atau shalat,
beliau mengucapkan beberapa kalimat.” Maka Aisyah menanyakan tentang kata-kata
itu. Beliau menjawab, “Jika berbicara kebaikan maka ia sebagai stempelnya
sampai hari kiamat, dan jika bicara yang jelek maka ia sebagai peleburnya
yaitu: “Subhanakallahumma wa bihamdika astaghfiruka wa atubu ilaik.” (HR.
An-Nasa’i: 1344)
13 Tidak terlalu sering berkunjung
atau bertamu, kecuali sahabat karib maka tidak mengapa. Rasulullah bersabda:
“Berkunjunglah jarang-jarang, niscaya kecintaan akan bertambah.” (HR. Ibnu
Hibban: 620)
Ibnu Baththal berkata, “Jika
sahabat karib, tidaklah banyakk kunjungannya kecuali malah menambah kecintaan,
berbeda dengan selain mereka.” (Al-fath 10/515)
Walhamdulillah
Bacaan: Mawaddah Vol. 45
Dzulhijjah 1432 H
No comments:
Post a Comment